Minggu, 27 Februari 2011

بسم الله الرحمن الرحيم
قال الله تعالى : إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا
Firman Allah Ta’ala :
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.
 (Al- Ahzab : 56)

Faedah Membaca Sholawat
 

1.      Dapat memperoleh limpahan rahmat dan kebajikan dari Allah SWT.
2.      Dapat memperoleh kebajikan, meninggikan derajat dan menghapuskan segala kejahatan dan kesalahan.
3.      Memperoleh pengakuan kesempurnaan iman, jika membacanya 100 kali.
4.      Menjauhkan kerugian, penyesalan dan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang sholih.
5.      Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
6.      Memperoleh pahala seperti pahala memerdekan budak
7.      Dapat memperoleh syafa’at.
8.      Memperoleh penyertaan Malaikat Rahman.
9.      Memperoleh kedekatan dengan Nabi SAWW. Sebab seseorang yang bersholawat dan berkirim salam kepada Nabi SAWW maka sholawat dan salamnya akan disampaikan kepada Nabi SAWW.
10.  Membuka kesempatan untuk dapat berdialog dengan Nabi SAWW.
11.  Menghilangkan kesusahan, kegundahan dan kesempitan dan dapat melapangkan rezeki.
12.  Melapangkan dada, apabila sholawat dibaca 100 kali.
13.  Menghapuskan dosa.
14.  Menggantikan shodaqoh, bagi yang tidak sanggup bershodaqoh.
15.  Melipat gandakan pahala yang diperoleh.
16.  Mendekatkan kedudukan kepada Rosulullah SAWW di hari kiamat kelak.
17.  Menjadikan sebab do’a kita dapat diterima oleh Allah SWT.
18.  Dapat melepaskan diri dari kebingungan pada hari kiamat.
19.  Memenuhi satu hak Nabi atau menunaikan suatu tugas ibadah yang diwajibkan atas kita sebagai ummat Nabi. Apabila seseorang tidak mau bersholawat kepada Nabi SAWW, maka berarti ia tidak mau memenuhi suatu hak Nabi SAWW yang wajib dia penuhi.
20.  Di Padang Mahsyar akan digolongkan bersama dengan orang-orang yang mencintai Nabi SAWW.
21.  Dikabulkan segala hajat kebutuhannya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ اْلأَنْوَارِ وَسِرِّ اْلأَسْرَارِ وَتِرْيَاقِ اْلأَغْيَارِ وَمِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدِ الْمُخْتَارِ وَآلِهِ اْلأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَإِفْضَالِهِ
Allahumma sholli ala nuril anwar wa sirrir asror wa tiryaqil aghyar wa miftahi babil yasar Sayyidina Muhammdinil Mukhtar wa alihi ath har wa ash habil akhyar adada niamillahi wa ifdholih

“Ya Allah limpahkanlah rahmat atas cahaya segala cahaya, rahasia segala rahasia, obat dari segala penyakit dan kunci segala kemudahan. Yaitu Junjungan dan Tuan kami Nabi Muhammad yang terpilih, dan atas keluarga yang suci, serta para sahabatnya yang baik-baik, sebanyak bilangan ni’mat Allah dan anugerahnya”.

Faedahnya :
Apabila sholawat ini dibaca setiap sesudah sholat wajib, maka akan terhindar dari segala mara-bahaya, dan akan memperoleh rezeki dengan mudah. Sholawat ini adalah sholawat Wali Qutub Asy- Syekh Ahmad Al- Badawi Rda. Berfaedah untuk mendapatkan cahaya dan rahasia, rezeki lahir dan batin dan manjur untuk menghasilkan segala hajat. 
Dibaca sehari semalam 100 kali.


Nasab Keturunan Asli Palembang

Silsilah wali songo Azmatkhan Al-Husaini ditemukan pertama oleh kalangan ahli nasab Hadhrami yakni sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam Kalangan Bangsawan Palembang, data mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur walisongo sebagian masih terjaga pencatatannya sampai sekarang. Bahkan data dari Palembang-lah yangpertama kali dipercayai para ahli nasab karena data di Tanah Jawa kala itu sempat mengalami kesimpangsiuran karena ada versi belum lengkap yang juga beredar.

Bangsawan Palembang menjaga persambungan nasab mereka melalui pemberian gelar yang hanya bisa diwariskan secara lurus dari garis pria (patrineal).

Gelar Kebangsawanan Palembang yang ada 
dan jalur2 nasabnya yakni :

Gelar Raden-Raden Ayu dan Masagus-Masayu :
1. Dari jalur keturunan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidil Iman bin Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Sedo Ing Pasarean) turunan Sunan Giri Azmatkhan Al-Husaini*1
2. Dari jalur Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal bin Raden Santri (Pangeran Purbanegara) yang berasal dari Kesultanan Jambi

Gelar Kemas-Nyimas:
1. Dari jalur keturunan Ki Gede Ing Suro Mudo (Kemas Anom Dipati Jamaluddin) bin Ki Gede Ing Ilir bin Pangeran Sedo Ing Lautan (turunan R. Patah Sultan Alam Al Akbar dari Kesultanan Demak)*2
2. Dari jalur keturunan Kemas Tumenggung Yudapati bin Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Sedo Ing Pasarean) turunan Sunan Giri Azmatkhan Al-Husaini*1
3. Dari jalur keturunan Tumenggung Nagawangsa Ki Mas Abdul Aziz bin Pangeran Fatahillah Azmatkhan Al-Husaini
4. Dari jalur keturunan Mas Syahid (Amir Hamzah) bin Sunan Kudus (Ja'far As Shadiq) Azmatkhan Al-Husaini
5. Dari jalur keturunan Mas H. Talang Pati dan Mas H. Abdullah Kewiran bin Pangeran Santri (Sunan Ngadilangu) bin Raden Umar Said (Sunan Muria) bin Raden Joko Said (Abdussyahid/Sunan Kalijaga)

Gelar Kiagus-Nyayu :
1. Dari jalur keturunan Kemas Tumenggung Yudapati bin Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Sedo Ing Pasarean) turunan Sunan Giri Azmatkhan Al-Husaini*1
2. Dari jalur keturunan Ki Bagus Abdurrohman bin Pangeran Fatahillah Azmatkhan Al-Husaini
3. Dari jalur keturunan Kiagus Yahya bin Pangeran Purbaya bin Raden Sutawijaya Panembahan Senopati Ing Alaga
4. Dari jalur keturunan Tuan Faqih Jalaluddin Azmatkhan Al-Husaini*3

Rincian Nasab *1:
Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Muhammad Ali Sedo Ing Pasarean) bin
Tumenggung Manco Negaro (Maulana Fadlullah) bin
Pangeran Adipati Sumedang (Maulana Abdullah) bin
Pangeran Wiro Kesumo Cirebon (Ali Kusumowiro/Muhammad Ali Nurdin/Sunan Sedo Ing Margi) bin
Sunan Dalem Wetan (Zainal Abidin) bin
Sunan Giri / Muhammad 'Ainul Yaqin

Rincian Nasab*2 :
Ki Gede Ing Suro Mudo (Kemas Anom Dipati Jamaluddin) bin
Ki Gede Ing Ilir bin
Pangeran Sedo Ing Lautan bin
Pangeran Surabaya bin
Pangeran Kediri bin
Panembahan Perwata (beribukan Ratu Pembayun binti Sunan Kalijaga + Dewi Sarokah binti Sunan Gunung Jati) bin
Sultan Trenggana (beribukan Dewi Murtasimah binti Sunan Ampel) bin
Raden Patah

Rincian Nasab*3 :
Tuan Syekh Faqih Jalaluddin bin
Mas Raden Kamaluddin Jamaluddin bin
Mas Raden Fadhil bin
Pangeran Panembahan Muhammad Mansyur bin
Kyai Gusti Dewa Agung Krama bin
Sunan Kerta Sari bin
Sunan Lembayun bin
Sunan Krama Dewa bin
Sembahan Dewa Agung Fadhil bin
Sayyid Sembahan Dewa Agung bin
Sayyid Husain Jamaluddin Akbar Azmatkhan Al-Husaini

Catatan:

1. Fatahillah (bin Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barakat Zainal Alam bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

2. Sunan Giri (bin Maulana Ishaq bin Ibrahim Zainuddin Akbar bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

3. Sunan Kudus (bin Usman Haji bin Raden Santri Fadhal Ali Al-Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Akbar bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin)

4. Sunan Gunung Jati (bin Abdullah bin Ali Nurul Alam bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

5. Sunan Ampel (bin Ibrahim Zainuddin Akbar bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

6. Sunan Krama Dewa (bin Sembahan Dewa Agung Fadhil bin Sayyid Sembahan Dewa Agung bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin)

7. Sunan Ngadilangu bin Sunan Muria bin Sunan Kalijaga bin Tumenggung Wilatikta (Ahmad) bin Mansur bin Ali Nurrudin bin Ahmad Jalaluddin Azmatkhan Al-Husaini (salah satu versi nasab menurut Kitab Syamsud Dhahirah, Karya Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur, kitab nasab rujukan Rabitah Alawiyyah)

Nasab lengkap Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin Azmatkhan - Rasul :

• Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin
• Sayyid Abdullah AZMATKHAN AL-HUSAINI bin
• Sayyid Abdul Malik AZMATKHAN AL-HUSAINI bin
• Sayyid Alawi ‘Ammil Faqih bin
• Muhammad Shahib Mirbath bin
• Ali Khali Qasam bin
• Alwi bin
• Muhammad bin
• Alwi bin
• Ubaidillah bin
• Ahmad al-Muhajir bin
• Isa bin
• Muhammad bin
• Ali Al-Uraidh bin
• Ja'far Shadiq bin
• Muhammad Al-Baqir bin
• Ali Zainal Abidin bin
• Imam Husein (bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutholib)
• Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti
Nabi Muhammad SAW


sumber :
http://forum.asyraaf.net/viewthread.php?tid=2756

Makna Dan Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW


Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Muhammad. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad.

Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu.
Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Muhammad sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa nabi Muhammad adalah pemimipn besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.
Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil Society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme.
Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Muhammad dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai masosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Muhammad sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal.
Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Muhammad yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.
Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin.
Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan Muhammad untuk seluruh umat manusia.
Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun agama.